Minggu, 09 September 2018

Perjalanan Ekstrim Menuju Negeri di Atas Awan Desa Poopo


MINAHASA SELATAN - Berbicara tentang obyek wisata di Sulawesi Utara memang tak ada habisnya. Berbagai obyek wisatanya memiliki eksotisme tersendiri, mulai dari seni, budaya, Diving, kuliner hingga pemandangan alam yang mempesona, salah satunya Gunung Payung di Desa Poopo Barat, Kecamatan Ranoyapo, Kabupaten Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).

Gunung payung menjadi tempat wisata eksotis dengan pemandangan hamparan awan di kaki gunung. Di tempat ini kamu serasa berada di atas awan, tak salah jika tempat ini dijuluki sebagai Negeri di atas awan.

Bagi kamu yang ingin berlibur di ketinggian ditemani sunrise dengan hamparan awan yang luas maka Gunung Payunglah tempatnya. Pemandangan di sini tidak kalah indahnya dengan negeri di atas awan yang ada di Kampung Lolai, Toraja Utara, Sulawesi Selatan.

Keindahan Negeri di atas awan tidak sengaja ditemukan oleh anak-anak dari Des Poluakan, pemilik perkebunan yang ada di punggung gunung payung. Sekitar tahun 2015, saat itu  mereka sedang berkebun, karena hari sudah malam, merekapun menginap di gubuk.


Pagi hari ketika mereka bangun, mereka melihat pemandangan menakjubkan berupa hamparan awal yang tebal, namun karena mereka tidak memiliki alat untuk memotret sehingga tidak bisa mengabadikan keindahannya.

"anak-anak dari bapak Des Poluakan   ini waktu mereka menginap di tempat ini disaat mereka bangun pagi Mereka melihat situasi alam, mereka melihat ada awan begitu tebal dan mereka sebut tempat ini Negeri Diatas Awan," ujar Tommy Lumintang, pegawai Kecamatan Ranoyapo.

Cerita keindahan gunung payung akhirnya beredar dari mulut ke mulut sehingga ada beberapa pemuda yang ingin membuktikan kebenarannya. Mulailah mereka mengeksplorasi gunung payung dan ternyata benar adanya.

Hasil temuan mereka dipublikasikan melalui sosial media sehingg mulai banyak yang berdatangan mengeksplorasi keindahan negeri di atas awan. Pengunjung yang datang ke gunung payung sangat banyak, terutama di akhir pekan, Jumat dan Sabtu, pengunjung bisa mencapai ribuan.


Saya pun merasa tertantang untuk membuktikan keindahan Negeri di Atas Awan yang sedang viral ini. Bersama rombongan Kepompong, komunitas Jurnalis yang peduli dengan pariwisata, rombongan kami yang berjumlah Tujuh orang itu melakukan perjalanan dari Manado ke Desa Poopo, Minahasa Selatan dengan menempuh waktu sekitar Tiga jam dengan jarak tempuh sekitar 99,9 km.

Kami berangkat malam hari sekitar pukul 23.00 wita dan tiba di Desa Poopo sekitar pukul 02.30 dinihari. Dari Desa Poopo, sebelum menuju ke Gunung Payung, kami wajib melapor terlebih dahulu di Posko Daseng gunung payung dengan menuliskan nama, alamat serta memberikan uang sumbangan ala kadarnya.

Dari ujung kampung Desa Poopo menuju gunung payung masih harus ditempuh dengan jalan kaki menyusuri sungai-sungai kecil serta hutan rimba yang masih alami. Untuk sampai ke puncak, dibutuhkan waktu sekitar Empat jam lamanya, itu sudah dihitung dengan istirahat lho.

Untung saja rombongan kami oleh sekretaris Desa (Sekdes) Poopo Utara, Alwyn R. Purukan, Pegawai Kecamatan dan beberapa warga setempat bersedia mengantar sampai ke kaki gunung payung dengan mobil hilux double cabin milik bapak Casper Kordak, warga setempat. Lumayan juga sih bisa mempersingkat waktu dari Empat jam menjadi Tiga jam, perjalanan selanjutnya ya tetap jalan kaki lagi.


Pukul 03.00 Wita mulailah kami membelah malam, menyusuri hutan belantara dengan bermodalkan penerangan senter, kami melewati jalan tanah dan bebatuan, sedikit menanjak dan menyeberangi Empat sungai kecil bersama warga sebagai penunjuk jalan agar kami yang baru pertama kalinya datang itu tidak tersesat.

Dari awalnya yang landai-landai saja, perjalanan kami semakin ekstrim karena jalan yang selanjutnya harus kami lalui sangat menanjak dengan sudut kemiringan sekitar 30 -45 derajat, ditambah lagi dengan habis diguyur hujan, jalan menjadi sangat licin sehingga perlu kewaspadaan tinggi. Saking licinnya, dua orang teman kami sempat tergelincir, untung saja tidak mengalami hal yang fatal.

Dengan susah payah, sampailah kami dipuncak punggung gunung Poopo sekira pukul 06.00 wita, ternyata di atas sudah ada beberapa orang yang datang terlebih dahulu, bahkan ada yang sudah kamping di sana.

Lelah kami sepanjang perjalanan terbayarkan menyaksikan keindahan gugusan awan putih yang dihiasi pancaran sinar matahari di balik awan menimbulkan lanskap alam yang sangat indah dan makin terasa eksotis manakala matahari pagi mulai menampakkan diri, langit berubah warna oranye, merah dan kuning. Sunrise di sini katanya sangat indah jika tidak tertutup awan, sayang saat itu kami kurang beruntung, tidak bisa menikmati sunrise karena tertutup awan.



Gumpalan awan putih mulai muncul sejak pukul pukul 05.00 Wita sampai dengan pukul 09.00 wita, berhubung waktunya cukup panjang, kami bisa menikmatinya sambil minum secangkir kopi atau teh yang memang dijual oleh pemilik lahan perkebunan yang mengelola tempat tersebut bersama dengan Perangkat Desa, Karang Taruna, serta warga sekitar.

Perjalanan saya bersama rombongan sangat tidak terbayangkan sebelumnya, namun sebanding dengan pengalaman yang kami dapatkan. Sayangnya masih banyak pengunjung yang belum memahami akan kebersihan alam, terbukti dari adanya sampah-sampah baik botol minuman ringan, pembungkus makanan, maupun kotak rokok yang kami dapati di hampir sepanjang perjalanan menuju puncak.


Sayangkan kalau keindahan tempat wisata ini jadi berkurang karena sampah. Untuk itu kami sarankan kepada pengunjung agar menyadari pentingnya menjaga kebersihan lingkungan agar tetap bersih dan terhindar dari tumpukan sampah. Sebagai warga negara yang baik, kita harus berusaha menjaga dan merawat apa yang telah dititipkan oleh sang pencipta kepada kita, salah satunya Negeri di Atas Awan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar