Selasa, 18 September 2018

Berakhir Pekan di Rumah Alam Manado Adventure Park


MANADO - Bingung mau berlibur kemana diakhir pekan ? datang saja ke Rumah Alam Manado Adventure Park. Lokasinya tidak jauh dari Kota Manado, tepatnya di jalan Ringroad KM 1 Maumbi, di depan pintu tol Manado-Bitung.

Rumah alam Manado Adventure Park yang diresmikan oleh Menteri Pariwisata, Arief Yahya pada Juli 2016 ini punya wahana adventure untuk keluarga serta pemandangan alam yang sangat indah.


Untuk masuk ke dalam rumah alam, setiap pengunjung harus membayar tiket sebesar Rp. 35 ribu sudah termasuk gratis wahana kolam renang atau wahana flying fox dan gratis 10 bola untuk wahana golf.

Di rumah alam banyak terdapat wahana seperti Flying fox, Kolam renang, Air gun, Panahan, Paint ball 
Rumah main anak, Trampolin, Golf, Bola air, Shorbing, ATV untuk anak dan dewasa, Rumah pohon, lapangan bola Highrope, Extreme rapping, Gembok cinta dan masih banyak lagi.


Untuk wahana anak ada rumah main anak, trampolin, ATV, outbound, flying fox, golf, kolam renang dan bola air.

Untuk wahana dengan harga tiket Rp 25 ribu, ada Flying fox, Kolam renang, Air gun, Panahan, Paint ball 
Rumah main anak dan Trampolin. Untuk wahana lainnya ada Golf Rp 20 ribu dapat 50 bola dan Rp 40 ribu dapat 100 bola, Bola air Rp 30 ribu, Shorbing Rp.50 ribu, ATV untuk anak Rp 50 ribu dan untuk dewasa Rp. 100 ribu.



"rumah main anak cukup bayar Rp. 25 ribu bisa main sepuasnya, anak-anak juga bisa menggunakan fasilitas trampolin dengan biaya tambahan Rp 10.000 per anak, bisa main sepuasnya. Harga-harga itu masih bisa berubah, karena ada diskonnya juga," ujar Meylena Torindatu, Manager Operasional Rumah Alam.

Sedangkan untuk pencinta olahraga extreme, disini juga terdapat wahana extreme seperti flying fox, Highrope dengan 7 tantangan seharga Rp. 50 ribu dan Extreme rapping Rp 75 ribu.

"Keamanan standard dan didampingi instruktur yang berpengalaman," jelas Lena


Bagi pasangan yang lagi kasmaran, di rumah alam juga terdapat mata air alami yang dinamakan mata air temu jodoh. Mata air ini merupakan fenomena alam yang cukup langka dimana dua arah air yang saling bertemu dalam filosofi bambu peluk atau air petuk yang oleh sebagian orang dipercaya memiliki kekuata  supranatural yang diartikan bertemu jodoh, sahabat, rejeki, karir dan dewa penolong.

Di depan mata air terdapat sebuah besi besar berbentuk love yang digunakan oleh pasangan yang lagi kasmaran sebagai tempat mengikat janji dengan menuliskan nama mereka dengan gembok cinta kemudian kuncinya di buang di aliran sungai Tondano dengan doa yang tulus agar cinta mereka abadi.


Di rumah alam juga ada empat rumah pohon yang bisa dipakai untuk menginap. Cukup dengan membayar seharga Rp.350 ribu anda sudah bisa menginap sehari semalam ditambah dengan mendapat fasilitas gratis untuk kolam renang dan rumah main anak.

"kolam renang kita disini ada tujuh kolam bertingkat untuk anak dan dua kolam dewasa," tambah lena

Rumah alam juga menyediakan area camping, bisa membawa tenda sendiri atau menyewanya di rumah alam.

Banyaknya wahana yang disediakan membuat kita tidak akan merasa bosan menghabiskan akhir pekan di rumah alam

Jumat, 14 September 2018

Indahnya Hamparan Sawah dan Gunung Dari Puncak Kai'santi Tomohon


TOMOHON - Kota Tomohon berada di ketinggian sekitar 1100 meter dari permukaan laut dan diapit oleh  dua gunung berapi aktif yaitu Gunung Lokon dan Gunung Mahawu. Karena berada di ketinggian, suhu udara di Kota yang dijuluki Kota bunga ini berhawa sejuk serta banyak terdapat objek wisata yang menawarkan pemandangan yang sangat indah dari atas puncak bukit, salah satunya objek wisata puncak Kai'santi yang berada di Kelurahan Woloan Dua, Kecamatan Tomohon Barat, Kota Tomohon, Sulawesi Utara.

Di objek wisata yang baru sekitar empat bulan beroperasi ini anda tidak hanya bisa menikmati pemandangan yang hijau, dan istimewa dengan hamparan luas pesawahan, namun juga kemegahan Gunung Lokon dari kejauhan. Dan dengan landscape yang luar biasa, membuat selfie atau wefie adalah suatu keharusan. Didukung dengan udara yang sejuk, pepohonan yang rindang, tekstur alam dan atmosfer yang luar biasa asyik, sulit untuk mengabaikan semua fakta itu setibanya di sini.


"dinamakan Kai'santi karena di tempat ini dan di sekitar tempat ini paling banyak terdapat pohon-pohon yang berbunga warna merah,  Kai itu pohon, Santi itu pohon yang berbunga berwarna merah," ujar Andarini Suluh selaku penanggung jawab

Di atas puncak Kai'santi sudah disediakan tempat duduk serta canopy tempat bersantai sambil menikmati sejuknya hawa pegunungan dan pemandangan alam yang begitu mempesona. Juga tersedia cafe bagi anda yang ingin menikmati pemandangan sambil menyeruput kopi atau minuman ringan lainnya.


Bahkan Pangeran Georgia H.R.H Prince Juan Bagration-Mukhrani bersama istrinya Princess Kristine Bagration-Mukhrani usai ikut berpartisipasi dalam penyelenggaraan Tomohon Internasional Flower Festival 2018 menyempatkan diri berkunjung ke tempat ini juga turut memuji keindahan panorama alamnya.

"Kami sudah melihat begitu banyak tempat yang indah dan di sini begitu banyak orang yang baik, kami sangat senang disini dan Tomohon dan gunung yang indah, ini merupakan salah satu tempat terbaik," Pangeran Georgia H.R.H Prince Juan Bagration-Mukhrani bersama sang istri.


Untuk menuju lokasi ini sangat mudah, dari Manado sekitar 30 menit perjalanan menuju Kota Tomohon, lokasinya juga tidak jauh dari pusat kota. Dengan membayar tarif masuk sebesar Rp. 35.000 anda sudah bisa menikmati Kopi, Teh atau Lemon tea sepuasnya.

Minggu, 09 September 2018

Perjalanan Ekstrim Menuju Negeri di Atas Awan Desa Poopo


MINAHASA SELATAN - Berbicara tentang obyek wisata di Sulawesi Utara memang tak ada habisnya. Berbagai obyek wisatanya memiliki eksotisme tersendiri, mulai dari seni, budaya, Diving, kuliner hingga pemandangan alam yang mempesona, salah satunya Gunung Payung di Desa Poopo Barat, Kecamatan Ranoyapo, Kabupaten Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).

Gunung payung menjadi tempat wisata eksotis dengan pemandangan hamparan awan di kaki gunung. Di tempat ini kamu serasa berada di atas awan, tak salah jika tempat ini dijuluki sebagai Negeri di atas awan.

Bagi kamu yang ingin berlibur di ketinggian ditemani sunrise dengan hamparan awan yang luas maka Gunung Payunglah tempatnya. Pemandangan di sini tidak kalah indahnya dengan negeri di atas awan yang ada di Kampung Lolai, Toraja Utara, Sulawesi Selatan.

Keindahan Negeri di atas awan tidak sengaja ditemukan oleh anak-anak dari Des Poluakan, pemilik perkebunan yang ada di punggung gunung payung. Sekitar tahun 2015, saat itu  mereka sedang berkebun, karena hari sudah malam, merekapun menginap di gubuk.


Pagi hari ketika mereka bangun, mereka melihat pemandangan menakjubkan berupa hamparan awal yang tebal, namun karena mereka tidak memiliki alat untuk memotret sehingga tidak bisa mengabadikan keindahannya.

"anak-anak dari bapak Des Poluakan   ini waktu mereka menginap di tempat ini disaat mereka bangun pagi Mereka melihat situasi alam, mereka melihat ada awan begitu tebal dan mereka sebut tempat ini Negeri Diatas Awan," ujar Tommy Lumintang, pegawai Kecamatan Ranoyapo.

Cerita keindahan gunung payung akhirnya beredar dari mulut ke mulut sehingga ada beberapa pemuda yang ingin membuktikan kebenarannya. Mulailah mereka mengeksplorasi gunung payung dan ternyata benar adanya.

Hasil temuan mereka dipublikasikan melalui sosial media sehingg mulai banyak yang berdatangan mengeksplorasi keindahan negeri di atas awan. Pengunjung yang datang ke gunung payung sangat banyak, terutama di akhir pekan, Jumat dan Sabtu, pengunjung bisa mencapai ribuan.


Saya pun merasa tertantang untuk membuktikan keindahan Negeri di Atas Awan yang sedang viral ini. Bersama rombongan Kepompong, komunitas Jurnalis yang peduli dengan pariwisata, rombongan kami yang berjumlah Tujuh orang itu melakukan perjalanan dari Manado ke Desa Poopo, Minahasa Selatan dengan menempuh waktu sekitar Tiga jam dengan jarak tempuh sekitar 99,9 km.

Kami berangkat malam hari sekitar pukul 23.00 wita dan tiba di Desa Poopo sekitar pukul 02.30 dinihari. Dari Desa Poopo, sebelum menuju ke Gunung Payung, kami wajib melapor terlebih dahulu di Posko Daseng gunung payung dengan menuliskan nama, alamat serta memberikan uang sumbangan ala kadarnya.

Dari ujung kampung Desa Poopo menuju gunung payung masih harus ditempuh dengan jalan kaki menyusuri sungai-sungai kecil serta hutan rimba yang masih alami. Untuk sampai ke puncak, dibutuhkan waktu sekitar Empat jam lamanya, itu sudah dihitung dengan istirahat lho.

Untung saja rombongan kami oleh sekretaris Desa (Sekdes) Poopo Utara, Alwyn R. Purukan, Pegawai Kecamatan dan beberapa warga setempat bersedia mengantar sampai ke kaki gunung payung dengan mobil hilux double cabin milik bapak Casper Kordak, warga setempat. Lumayan juga sih bisa mempersingkat waktu dari Empat jam menjadi Tiga jam, perjalanan selanjutnya ya tetap jalan kaki lagi.


Pukul 03.00 Wita mulailah kami membelah malam, menyusuri hutan belantara dengan bermodalkan penerangan senter, kami melewati jalan tanah dan bebatuan, sedikit menanjak dan menyeberangi Empat sungai kecil bersama warga sebagai penunjuk jalan agar kami yang baru pertama kalinya datang itu tidak tersesat.

Dari awalnya yang landai-landai saja, perjalanan kami semakin ekstrim karena jalan yang selanjutnya harus kami lalui sangat menanjak dengan sudut kemiringan sekitar 30 -45 derajat, ditambah lagi dengan habis diguyur hujan, jalan menjadi sangat licin sehingga perlu kewaspadaan tinggi. Saking licinnya, dua orang teman kami sempat tergelincir, untung saja tidak mengalami hal yang fatal.

Dengan susah payah, sampailah kami dipuncak punggung gunung Poopo sekira pukul 06.00 wita, ternyata di atas sudah ada beberapa orang yang datang terlebih dahulu, bahkan ada yang sudah kamping di sana.

Lelah kami sepanjang perjalanan terbayarkan menyaksikan keindahan gugusan awan putih yang dihiasi pancaran sinar matahari di balik awan menimbulkan lanskap alam yang sangat indah dan makin terasa eksotis manakala matahari pagi mulai menampakkan diri, langit berubah warna oranye, merah dan kuning. Sunrise di sini katanya sangat indah jika tidak tertutup awan, sayang saat itu kami kurang beruntung, tidak bisa menikmati sunrise karena tertutup awan.



Gumpalan awan putih mulai muncul sejak pukul pukul 05.00 Wita sampai dengan pukul 09.00 wita, berhubung waktunya cukup panjang, kami bisa menikmatinya sambil minum secangkir kopi atau teh yang memang dijual oleh pemilik lahan perkebunan yang mengelola tempat tersebut bersama dengan Perangkat Desa, Karang Taruna, serta warga sekitar.

Perjalanan saya bersama rombongan sangat tidak terbayangkan sebelumnya, namun sebanding dengan pengalaman yang kami dapatkan. Sayangnya masih banyak pengunjung yang belum memahami akan kebersihan alam, terbukti dari adanya sampah-sampah baik botol minuman ringan, pembungkus makanan, maupun kotak rokok yang kami dapati di hampir sepanjang perjalanan menuju puncak.


Sayangkan kalau keindahan tempat wisata ini jadi berkurang karena sampah. Untuk itu kami sarankan kepada pengunjung agar menyadari pentingnya menjaga kebersihan lingkungan agar tetap bersih dan terhindar dari tumpukan sampah. Sebagai warga negara yang baik, kita harus berusaha menjaga dan merawat apa yang telah dititipkan oleh sang pencipta kepada kita, salah satunya Negeri di Atas Awan ini.